30 October, 2009

Siang..siang..posting..

11.40 am

Selamat siang.

Selamat hari jumat.

Catatan gak penting hari ini adalah kenapa ini meja pada sepi yak? Penghuninya entah kemana. Padahal dah mau istirahat. Hm..hm.. satu deretan ama gue aja Cuma ada satu orang doang. Biasanya ada 7 orang. Sibuk sekali sepertinya. Wedew…

Mau minta tanda tangan form cuti. Tapi ibu menejer entah kemana juga. Hadoh… oh DGM gue juga gak ada. Adanya GM gue doang. Masa' langsung lintas ke GM. Kwekwek…ndak mungkin yaw.

Hari ini cukup menyenangkan. Di produksi tumben gak panas membara seperti biasanya. Biasanya baru bentaran aja keringat bercucuran kayak mandi sauna. Bagooosss… teruslah begini. Main ke produksi dapet PR banyak dari Line Leadernya. Banyak ketidasesuaian. Huhuhu… ya nanti mbak saya revisi. Terima kasih atas masukan dan kerjaannya. Horeeee… bahagia mode on karena dapet kerjaan. Dodol…dodol…

11.45

Udah pada berdatangan negh. Menejer: cek. DGM : cek. GM : cek. Seeeppp…komplit dah. Ini si ibu hamil kok ribuuuttt aja. Wahahah… kenapa mbak? Jangan galak2 ah. Tar anaknya ikutan galak lho kayak maknya. Gawat.

11.50

Udahan buang sampah n nulis gak pentingnya. 15 menit lagi istirahat. Pipis dulu sebelum makan. =p

29 October, 2009

Dahlan Iskan: Menteri Pariwisata Baru Kita: Julia Roberts! (nice artikel)

Refleksi: Klausul WTO terakhir menggariskan bahwa. "pariwisata mutlak harus diberdayakan untuk mengentaskan kemiskinan". Ukuran sukses Menbudpar bukan terletak di pusat, namun sejauh mana rakyat di sekitar destinasi mereguk kemaslahatan dari obyek wisata milik mereka. Seseorang bertanya: "Apakah Anda melaporkan kepada Presiden/ Wapres tentang peringkat daya saing Indonesia di World Economic Forum? Lembaga kajian internasional yang paling berwibawa? Bahwa "Ultimate in Diversity Indonesia" turun dari urutan 61 ke 80?. Dahlan Iskan: Menteri Pariwisata Baru Kita: Julia Roberts!

 

 INILAH , mestinya, se­buah promosi pariwisata yang dampaknya bisa lebih besar daripa­da hasil kerja tiga mente­ri pariwisata sekaligus: Ju­­lia Roberts. Peraih Os­car ini bukan hanya per­gi ke Bali. Julia Roberts tinggal di Bali un­tuk lebih dari satu bulan. Bahkan, dia sedang syuting film Hollywood sebagai pemeran utama dalam film Eat , Pray , Love . Bisa dibayangkan betapa besarnya gema Bali setelah pemutaran film itu nanti. Bahkan, mestinya sudah sejak pembuatannya sekarang. Kita pasti masih ingat betapa pariwisata Selandia Baru mendapat durian runtuh ketika film Lord of The Rings dibuat di negeri dingin itu. Julia Roberts, Hollywood, dan film yang didasarkan pada novel laris dunia: bentuk pro­mosi apa lagi yang lebih hebat daripada itu? Seluruh APBN kita di bidang pariwisata pun (tahun 2009 hanya sekitar Rp 1,4

tri­liun) belum tentu cukup untuk merayu Hollywood agar mau bikin film yang bagus untuk mempromosikan Bali. Itu, kedatangan Julia Roberts itu, tidak mencuil sedikit pun APBN kita . Padahal, Malaysia saja harus menghabiskan dana besar agar "Gedung Jagung" (baca: menara kembar Petronas) yang menyandang gelar sebagai gedung kembar tertinggi di dunia itu bisa menjadi latar belakang atau setting film Entrapment , yang dibintangi aktris Catherine Zeta-Jones dan aktor Sean Connery, salah satu bintang film James Bond.

Padahal, dalam film itu, Gedung Jagung hanya kelihatan beberapa kilas. Kita sungguh harus berterima kasih kepada Julia Roberts. Tentu juga kepada Hollywood. Lebih khusus lagi kepada Elizabeth Gilbert yang telah menulis novel dengan setting Bali, khususnya Ubud (Gianyar) dan Jimbaran (Badung). Tapi, sampai hari ini, saya belum melihat ada orang Indonesia yang se­cara terbuka mengucapkan terima kasih ke­pada mereka. Kalau saja saya presiden In­donesia, saya akan menjamu Julia Roberts. Se­tidaknya kalau saya menteri pariwisata. Kita buat Julia Robert sangat terkesan selama di Bali. Kita buat Julia Roberts "menteri pa­ri­wisata" kita yang baru. Dengan kehadiran bintang film top dunia di Bali itu, apalagi untuk waktu yang lama, apalagi untuk syuting film bagus, apalagi mengenai daya tarik Bali, apalagi jalan cerita­nya sangat menarik, rasanya baru kali ini Bali mendapat promosi gratis ke seluruh dunia lewat media yang sangat abadi ini: film. Memang, Bali pernah mendapat promosi melalui penyanyi Filipina, Maribeth, dengan lagunya Denpasar Moon . Namun, lagu itu tidak mendunia. "Saya tidak jadi menyesal membeli properti di Bali,"

ujar seorang pengusaha Surabaya. "Harga properti di Bali pasti akan naik,"

tambah­nya. Pengusaha itu memang pernah mengeluh setelah terjadi bom Bali.

Kini ke mana-mana dia bercerita mengenai Julia Roberts yang lagi syuting film di Bali. Begitu serunya pengusaha tersebut bercerita, sampai-sampai saya harus membeli no­vel yang sedang difilmkan dengan judul yang sama itu:

 Eat, Pray, Love . Cover novel itu sendiri sudah menarik: tulisan  Eat -nya meng­gunakan keju. Pray -nya menggunakan untaian tasbih atau rosari. Love -nya menggunakan rangkaian kelopak bunga anggrek. Itulah novel karya penulis Amerika Serikat bernama Elizabeth Gilbert. Itulah novel yang masuk dalam daftar buku terlarisnya The New York Times . Itulah novel yang meski di­tulis pada 2006, tapi masih terus menjadi per­bincangan di Amerika. Terutama di kalangan yang khusus ini: wanita, umur 30-40-an tahun, mapan, dan berstatus janda. Jumlah mereka ini tidak kecil di AS mengingat kebiasaan cerai dan menjadi single mother sangat umum di sana. Novel itu memang berkisah mengenai wanita pada umur yang mudah goyah tersebut. Kegoyahan yang berakibat pada gangguan kejiwaan yang sangat berat. Liz, yang akan diperankan oleh Julia Roberts, seperti layang-layang putus setelah bercerai dari suaminya. Dia begitu benci kepada suaminya itu sampai-sampai dia menolak kata-kata bijak "kalau engkau mau mengetahui lebih banyak tentang suamimu, maka ceraikanlah dia". Dia benar-benar bercerai justru karena ingin berhenti mengetahui lebih jauh mengenai suaminya. Sebagai orang Kristen KTP, dia memang percaya Tuhan.

Tapi, dia merasa belum pernah bisa bertemu Tuhan. Sampai-sampai dia ragu bagaimana harus menyebut Tuhan: He (dia untuk laki-laki) atau She  (dia untuk perempuan). Dia begitu ingin bertemu Tuhan dan mendapatkan kedamaian jiwa. Dia mengelana ke Italia, India, dan akhirnya ke Bali. Di Bali, Liz menemui Ketut Liyer yang dia anggap bisa menjawab pertanyaan dasar yang sulit ini: bagaimana bisa menyatu dengan Tuhan, di­cintai dan mencintai Tuhan seumur hidup tapi tidak harus jadi pendeta atau ulama dan tetap bisa menikmati segala kenikmatan dunia. Bali mendapat promosi yang luar biasa. Bali yang digambarkan di novel itu sebagai satu-satunya surga di dunia, yang bisa menyelesaikan persoalan rumit Liz: dia mendapatkan ketenteraman jiwa dan kemurnian cinta dari seorang pria asal Brazil yang tinggal di Bali dengan alasan yang sama. Julia, maafkan kalau sampai Anda pulang nanti, tidak ada sambutan hangat untuk Anda dan rombongan. Maafkan kalau kami kurang berterima kasih kepada Anda...

27 October, 2009

Di Balik Cita-Cita

Saya dapet artikel ini dari imel berantai di kantor. Nice artikel.

So…jangan takut untuk bercita-cita. Dan jangan remehkan cita-cita apapun itu.

Apa cita-cita anda ketika kanak-kanak? Menjadi guru? Dokter? Atau insiyur? Ketika iseng membolak balik sebuah majalah anak-anak Indonesia yang memuat tentang biodata kiriman pembaca, saya tersenyum sendiri. Aduh! Dari zaman dulu masa sih cita-citanya itu-itu saja. Kalau tidak guru, dokter atau jadi insiyur.

Tahukah anda apakah cita-cita favorit anak-anak Jepang?

Saya coba membaca kembali buku kenangan si sulung ketika duduk di taman kanak-kanak Ishima. Buku itu memuat gambar wajah goresan tangan siswa dan kolom �gokikunattara� h (kalau sudah besar�c..). Dari 65 orang teman satu angkatan si sulung, ada 25 item cita-cita. Ajaibnya, tak satupun menjawab ingin menjadi guru atau insiyur. Hanya ada satu orang menjawab ingin menjadi dokter gigi.

Apakah cita-cita anak-anak Jepang ini? Terbanyak nomor satu adalah menjadi penjual. Penjual bunga, sayuran, es krim, kue, roti, buku dll. Profesi favorit nomor dua adalah driver. Driver truk, bis, masinis dan shinkansen (kereta super cepat Jepang). Selanjutnya disusul pekerjaan lain seperti polisi dan petugas pemadam kebakaran.

Cita-cita anak-anak memang bukan hal yang tetap. Kadang berubah-rubah sesuai pengalaman hidup yang dijumpainya. Contohnya si sulung. Sehabis kunjungan ke kantor pemadam kebakaran, dia ingin menjadi petugas pemadam kebakaran. Tapi ketika kami pergi dengan kereta super cepat-shinkansen- melihat petugas control shinkansen dia langsung berbisik,�hBun, kakoi (gagah) ya.�h Katanya sambil menunjuk petugas untenshi shinkansen.
Dia juga pernah bercita-cita menjadi tukang kayu. Hah, tukang kayu? Betul, tukang kayu hehehe�cCeritanya ada satu buku yang kami pinjam dari perpustakaan mengulas tentang pernak pernik kehidupan dan pekerjaan seorang tukang kayu Jepang. Aiiih�cbuku itu memang menarik sekali. Disamping mengenalkan peralatan pertukangan, dikenalkan teknik memotong dengan gergaji, memaku, memasang sekrup, mengayunkan kapak dll. Ada juga scene tentang kehidupan tukang kayu dan keluarga. Akhir pekan ketika sedang tak ada order, jalan-jalan dengan keluarga. Duh, asyiknya. Kemudian bagian terakhir, ada penjelasan tentang bagaimana suatu bangun bisa berdiri. Dari membuat pondasi, tiang dll. Agar bangunan tahan gempa, sejumlah teknik juga dijelaskan. Betul-betul buku anak-anak yang sarat informasi!
Jadi betul ya, memang cita-cita anak-anak gampang berubah. Tapi, ada beberapa hal setidaknya membuat pola cita-cita anak-anak Jepang dan Indonesia begitu berbeda. Ini alasannya menurut saya.

Pertama. Pengalaman bersentuhan langsung dengan beragam lingkungan di luar sekolah atau rumah. Kurikulum sekolah Jepang, dari taman kanak-kanak ada program untuk kunjungan keluar (kengaku). Kunjungan ke kantor pemadam kebakaran, kepolisian, stasiun, stadion olahraga dll. Dalam kunjugan ini biasanya siswa di perkenalkan dengan pekerjaan rutin disitu, juga diajak berinteraksi langsung. Mereka diajak langsung melihat gulungan selang pemadam kebakaran dan alat bantu lainnya misalnya, melihat polisi yang sedang latihan berbaris, melongok isi mobil dapur umum tentara Jepang dan banyak lagi.

Kedua. Keberadaan ehon (buku bergambar) yang beragam. Jepang memang gudangnya buku anak. Komik dan buku bergambar hadir dengan beragam ilustrasi menarik sesuai usia anak. Betul-betul syurga bagi orangtua yang ingin menumbuhkan minat baca bagi putra putrinya. Buku-buku tentang beragam profesi bisa didapatkan disini, asal kita telaten mengubek-ngubek koleksi perpustakaan. Contohnya, buku tentang tukang kayu yang membuat si sulung memoloti buku itu seharian sampai habis.

Ketiga. Orang Jepang sangat menghargai pekerjaan apapun. Tak peduli seorang kuli atau tukang kayu, lingkungan tak pernah meremehkan pekerjaan tersebut. Ketua PTA (parent Teacher Association) di kelas si sulung adalah seorang ibu pemilik salon kecil. Kepada petugas cleaning service di lorong-lorong laboratorium di kampus, para professor yang telah mencapai tingkat ilmu tertinggi di bidang akademik itu, tak segan-segan mengucapkan sekedar salam �gotsukaresamadeshit a�h (terima kasih atas usaha dan kerja keras anda). Kami para mahasiswa, jika bertemu para volunteer di rumah sakit, diingatkan selalu aisatsu (salam). Volunteer adalah petugas sukarela yang membantu pasien RS pendidikan Okayama University, tempat saya menuntut ilmu, untuk melakukan registrasi kartu lewat mesin otomatis di lobby bawah dekat pintu masuk RS. Para volunteer ini kebanyakan berusia senja yang telah pensiun dari pekerjaannya. Mereka tidak mendapat gaji dari RS. Mereka mengerjakan tugas ini sukarela untuk mengisi masa-masa pensiunnya.

Itulah tiga alasan yang membuat anak-anak Jepang begitu memiliki beragam cita-cita, yang mungkin untuk orang Indonesia, profesi yang dipandang sebelah mata. Cita-cita kok jadi tukang bunga? Kerenan dikit nape hehehe...

Cita-cita juga adalah gambaran lingkungan menanamkan secara tidak sengaja �elabel�f atas sebuah profesi. Cita-cita itu harus yang keren. Kalau ngga keren, bukan cita-cita donk. Ketika lingkungan memberikan apresiasi terhadap profesi, anak-anak pun menyerapnya menjadi pembelajaran. Di sekolah dasar si sulung setiap tahun ada kegiatan yang bernama gaku tanken atau mengenal lingkungan terdekat sekolah. Kantor pos, toko kue, salon, pool bis dll menjadi sasaran kunjungan anak-anak secara berkelompok. Anak-anak diperkenakan untuk bertanya tentang apapun yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Dari proses interaksi langsung, timbullah pemahaman atas sebuah profesi. Dari situ lahirlah penghargaan. Tukang pos itu berat ya pekerjaannya. Surat tidak boleh sampai salah kirim. Tapi asyik juga jadi tulang pos, bisa hapal nama-nama jalan, begitulah salah stau kesan anak-anak yang pergi ke kantor pos..
Penghargaan atas profesi apapun, itulah yang harus dipupuk sejak dini pada anak-anak. Profesi apapun jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bermanfaat bagi orang lain adalah sebuah kebanggaan. Kebanggan bukan karena dari profesi itu mendapat banyak uang. Tapi kebanggan karena dapat berdikari dan menghidupi diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Penghargaan juga menjadikan anak-anak untuk empati. Empati merasakan kesulitan sebuah pekerjaan. Susah ya ternyata jadi tukang pos itu. Makanya kalau menulis surat, jangan lupa tuliskan kode posnya, itulah ucapan empati lainnya yang sempat terucapkan anak-anak grup kantor pos.

Pertengahan tahun 2005,seorang siswi SMP di Bekasi yang bunuh diri karena ia tak tahan diledek temannya karena ayahnya seorang tukang bubur!.Bayangkan anak-anak SMP yang notabene sudah �gdewasa�h sampai hati melakukan hal tersebut. Inilah gambaran carut marut sistem pendidikan moral di negri kita. Empati memang tidak bisa diukur dengan parameter konkrit seperti nilai matematika. Ia juga tak bisa dilihat hasilnya secara instan. Butuh waktu dan proses yang terus menerus agar empati tumbuh di kalangan anak. Inilah pekerjaan rumah para pendidik dan orangtua yang paling penting. Karena dengan empatilah kehidupan berbangsa akan mencapai titik keselaran tertinggi.

Jadi berbicara tentang cita-cita anak-anak tidaklah sesederhana yang diduga. Cita-cita anak-anak adalah gambaran atas orang dewasa di sekelilingnya menghargai sesuatu. Mari kita didik anak-anak sedini mungkin untuk lebih empati terhadap lingkungan.

^posting lewat imel. Bisa kah?

Ternyata...

Ternyata gak bisa cross posting ke blog gue yang satunya kalo posting ke MP lewat imel gini. Huuu…. Gak seruuu… payah.

Ternyata kepala gue pusing mikir antara harus apply dan kepercumaan jika gue apply. Gak punya yang legalisiran. Gimana coba? Sama aja kan kalo gue kirim. Buang tenaga, buang duit, buang waktu…tapi gue juga buang kesempatan. Dan akhirnya kembali lagi yang salah adalah gue. Sh*t.

Ternyata tujuan hidup gue masih gak jelas. Gak jelas mau kemana. Tanya pada diri sendiri "mau kemanakah kamu?"

Ternyata lagunya Sherina "Cinta Pertama dan Terakhir" itu enak banget ya. Vidklipnya juga bagus. Lagi sering dengerin lagu itu via hape. Diputer berulang-ulang. Semoga Sherina-nya gak capek nyanyi. Hehehehh…

Ternyata bel tanda 5 menit lagi selesai istirahat udah bunyi. Berarti waktunya bikin kopi ato the. Loh? J)

 

^posting via imel

 

Asti P. Sholihat

アステ P. ショリハト

18 October, 2009

4 mai gentleman part.5

semakin ku kejar semakin kau jauh
tak pernah letih tuk dapatkanmu
terus berlari namun ku takut terjatuh lagi
tak ingin lagi membuat ku perih
sadarkan aku dari mimpiku

Five Minutes-SKSJ


when i feel very exhausted

The Backpacker


Huhuy...kapan gw bisa backpacking ya?

Backpacker

hehehehe...
Kembali menuju kos. Di bis ketemu ama backpacker bule. Ranselnya guedeee banget. Saya pikir saya bisa masuk ke ransel itu saking gedenya.

Dia menuju bekasi. Entah dia menunjuk suatu tempat dari buku LONELY PLANET. Itu salah satu buku panduan untuk para backpacker.

Pengen ngajakin ngobrol tapi bingung bahasa inggrisnya apa. Bwahahaha...dudul.

Good afternoon sir.
Hei..r u a backpacker?
Where have you been?
And now where are you going?
Do you like Indonesia?
Wat do you think bout Indonesia?

Jyaaahh...pertanyaan dalam angan2 belaka.

Sepertinya seru backpacker-an. Gk usah jauh2. Indonesia aja dulu. Tapii...kepentok ama waktu. Kan gak cuma bentar kalo backpacker. Huff... I wish.

For Mr. Backpacker: have a nice backpacking. Enjoy Indonesia!

17 October, 2009

home sick

Ternyata...
Inikah rasanya home sick?
Kangen rumah. Glundang-glundung di tempat tidur kamarku tercintah. Nongkrong di teras. Bolak-balik ruang makan- ruang tengah. Buka tutup pintu kulkas. Nonton tivi di ruang tengah. Ngusek-usek ibuku. Minta pijitin ibuku. Main komputer (di kos gk ada kompi). Gangguin Yani ampe marah. Gebuk-gebukan pake guling ama Yani.
Ato sekedar tiduran menatap langit-langit kamar.

Fiuh... Pagi ini sudah berada di atas bis yang membawa diriku menuju rumah. Setelah 2 minggu gak pulang.

Eits...jangan protes.
'alah baru juga 2 minggu. Gw ja dah setahun gak pulang.'
Itu juga pernah saya ucapkan ketika saya masih menuntut ilmu di rantau kepada teman yang tiap minggu pulang ke rumah. Ya karena jarak yang ditempuh hanya 3-4 jam perjalanan. Sedangkan saya, 14 jam perjalanan. Dan dengan biaya yang gk murah. Jadi, boleh dong sekarang tiap minggu pulang, kan jarak rumah-kos cuma 3-4 jam. Ternyata begini rasanya...:-)

And I'm going home...

11 October, 2009

Jak-Japan 2009


Yuhuu...ayo..move your body. Musiknya enak. Asik. :-)

04 October, 2009

Koffie Bakul...

Hari Minggu, 04 Oktober 2009. Daripada bengong di kos karena gak jadi ikutan Halal Bihalal anak2 ex HIA di Setu Babakan, ya sudah saya putuskan untuk pergi ke Gramedia Matraman. Padahal semalem dah pergi ke Gramedia. Tapi di Bekasi. Yah sapa tau bisa ketemu ama Agung. Teman lama yg dah lama gk ketemu. Hehehe... Kalo pun gk ketemu jg gpp gt. Lanjut ke Planetarium, Taman Ismail Marzuki.

Perjalanan hari ini dimulai dari bangun tidur jam 9. Hehe...mantap tidur ampe jam 9. Berhubung lagi gak solat, jadi dipuas2in istirohat. Lalu mandi, siap2. Dan jam 10 lebih saya berangkat. And what a lucky I am. Nyampe depan ex Ramayana, gk ada 5 menit, AC 63 datang. Langsung deh naik. Turun depan UI Salemba, nyebrang jalan trus naik angkot 01 Kp.Melayu-Senen. Itu dia Gramed-nya. Tujuan pertama selesai. Eh nemu komik lanjutannya 20th Century Boys, 21th Century Boys. Beruntung sekali. ^^ Ada majalah Digital Camera Indonesia volume 4. Saya belum punya. Daann...lengkap sudah koleksi DCI saya. Gk bolong. Horeee.... Hehe..

'gw di gramedia matraman.'

Gt sms yg saya kirim ke Agung. Huhuhu....ketemu juga ma dia akhirnya. Apa kabar, gung? ^^ Miss you muah...muah...

Ternyata hujan! Ya sudah nunggu hujan reda sambil ngobrol ma Agung. Eh emang tadi kita ngobrol apa? Gk ada ya. Hujan pun reda. Agung pulang, saya cabs ke Planetarium. Ups...udah jam stgh 2, pertunjukan teater bintangnya mulai jam stgh 3. Anyway... Saya gak tau bagaimana menuju TIM. Tanya dulu ke tukang bakpao (TB).

Saya: Pak, numpang tanya. Kalo ke Cikini naik apa ya dari sini.
TB: oh naik kopaja 502.
Saya: itu lewat sini? 502?
TB: iya. Cuma itu doang yang lewat Cikini.
Saya: makasih pak.

Nunggu Kopaja 502. Ntu die... Saya asal naik dan gak tau bakal turun mana nanti. Sing penting naik dah. Huehehehe... Sambil merhatiin kiri kanan dan depan. Owh...itu dia ada plang Cikini. Planetarium TIM. Hmm...saya turun mana nih? Lho...gak belok. Ya sudah saya turun depan mal apa ya tadi. Pas lampu merah. Clingak clinguk. Ini mal yang waktu itu. Jalan ke sana kynya. Ah...betul. Itu ada tempat minum kopi yang ky kafe di Eropa. Yups...saya sudah berada di jalan yang benar. Waduh...berapa jauh lagi ya. Saya lihat kincir angin Holland Bakery. Kynya deket2 situ. (Saya agak2 tau karena sebelumnya udah ke TIM tp naik kendaraan pribadi, bukan kendaraan umum. Kan jalurnya beda.) Agak2 lupa2 ingat seberapa jauh lagi dr kincir angin. Hmm...dan saya melihat gedung yg dicat warna-warni. Itu dia. Di sebelah gedung itu. Yes! Saya percepat langkah. Here I am in front of Planetarium! Thanks God!

Beli tiket pertunjukan jam 17.30 seharga 7000 rupiah sahaja. ^^ Jam 14.20 mulai masuk ruang pertunjukan. Tepat jam 14.30 dimulai. Lampu dimatikan. Dan... Langit malam berbintang muncul. Subhanallah... Cantik sekali. Sampe merinding dan menangis saya melihatnya. Serasa di luar angkasa. Melihat bintang sebegitu banyaknya, saya mau ambil satu. Hehehe... Keren banget!! Kami diberi lihat rasi2 bintang. Planet2. Cool. Hanya 45 menit saja pertunjukannya. Cukup.

Lalu pulang deh. Sebenernya ada Festival Kesenian Indonesia di TIM. Yang ngadain Institut Kesenian Jakarta. Festival ampe tgl 24 Oktober 2009. Ah...ada juga Festival Film Internasional. Tanggal berapa ya? Gak keliatan. Pengen nonton. Pasti filmnya bagus2. Hmm...

Pulang naik kopaja 502, turun di Rumah Sakit Carolus. Nunggu AC 63. 10 menit kemudian datang juga. Mendung bu. Harus buru2. Alhamdulillah nyampe Bekasi juga jam 16.15 dan gk kehujanan. Hehe...

Huhuy...kapan kemana lagi ya? Hmm...next destination Kebun Raya Bogor. ^^v

At Planetarium TIM


Yuhuu...di Planetarium. Akhirnyaaa...

Hanya 750 rupiah!! What?!!

Cita2 saya sejak mengenal pelajaran Sejarah adalah pergi mengunjungi museum. Entah kenapa museum selalu menarik perhatian saya. Menurut saya museum itu cool, keren. ^^ hehehe... Karena itu juga saya mendapatkan gelar kehormatan 'PRASEJARAH'.


Sudah beberapa museum yang saya kunjungi. Antara lain Museum Sejarah Jakarta atau lebih dikenal dengan Museum Fatahillah, Museum Bahari, Museum Seni Rupa dan Keramik, Taman Pintar Yogyakarta (termasuk museum gak ya??), Museum Taman Prasasti, dan yang terakhir Museum Nasional atau terkenal dengan Museum Gajah. Sebenarnya mudah saja pergi ke museum2 itu. Karena letaknya tidak berjauhan satu sama lain. Mudah saja menuju Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bahari, dan Museum Wayang. Karena museum2 ini berada di kawasan yang sama yaitu di Jakarta Kota. Kalau dari Bekasi bisa ditempuh dengan menggunakan KRL atau Kereta ekonomi jurusan Bekasi-Kota untuk hari Senin-Sabtu. Turun di stasiun Beos atau Jakarta Kota. Lalu jalan kaki deh. Museumnya seputaran stasiun. Ah..iya.. Ada juga Museum Bank Mandiri dekat stasiun Jakarta Kota. Sedangkan hari Minggu hanya ada sampai stasiun Tanah Abang. Dari stasiun Tanah Abang dilanjutkan dengan komilet 08 Tanah Abang-Kota. Turun di Kota. Kan? Gampang toh. Hehehe... Untuk yang hobi fotografi, di sinilah objek2 menarik bisa ditemui. Top markotop pokoknya. Tiket masuk museum murah kok. Masih lebih murah dari nonton film di bioskop yang sekali tayang 25rb. Ini cuma DUA RIBU rupiah sajah. See? Masa' dengan duit 2rb saja enggan berkunjung ke museum? Dudul.

Next museum adalah Museum Prasasti dan Museum Nasional. Museum Taman Prasasti ini adalah makam Belanda. Jadi di sini berisi makam Belanda jaman dahulu kala. Besar2 nisannya. Dan banyak patung malaikatnya. Sering banget dibuat syuting video klip. Terletak di jl. Tanah Abang I. Kalo naik angkutan umum agak sulit ditempuh. Karena tidak ada angkutan umum yang melewati depan Prasasti. Dari stasiun Tanah Abang dilanjut deng komilet 08 Tanah Abang-Kota turun di depan jalan Tanah Abang I. Trus dilanjutkan dengan mlampah atawa jalan kaki. Yah cuma 100 meter doang. 5 menit jalan kaki. ^^ Tapi kemarin waktu ke sana keadaannya sungguh mengenaskan. Sepi (yah maklum makam gitu...^^). Gersang (apa karena musim kemarau ya?). Melihat itu saya jadi berandai2 dan membayangkan. Andaikan seluruh permukaan tanahnya ditanami rumput jepang atau rumput gajah. Dan dirawat. Pastilah keren abis. Nisan2 besar, patung2 malaikat di antara hijaunya rumput dan rindangnya pohon. Cool... Hehehe... Padahal di sebelah Museum Taman Prasasti ada Kantor Walikota Jakarta Pusat! Pelisss...deh. Gak perhatian banget sih pemkotnya. Oh..iya..htm-nya 2rb rupiah saja kok.

Dari Prasasti, tujuan selanjutnya adalah Museum Nasional alias Museum Gajah. Ada patung gajah di halaman depannya. Munas ini letaknya berseberangan dengan Monas. Hayoo...yang sering ke Monas tau gak ada Munas? Jangan cuma ngeceng n nongkrong doang dong. Tengok2lah sejarah bangsa di museum. Biar gk mau kalo ditanya orang asing tentang Indonesia. Trus bilang 'emm...gak tau.'. Jyaahhh...basi. Kembali ke Munas. Jadi kalo mau ke Munas, asal udah nyampe Monas gampang kok. Munas terdiri dari 2 gedung. Yang satu gedung lama (ada patung gajahnya) dan yang satunya gedung baru. Di gedung lama berisi koleksi arca2, monumen2 batu, prasasti2, patung2 batu, lalu semua hal yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia. Pakaian adat, ritual, dll. Ada yang menarik perhatian saya di sana. Kain tenun tradisional yang terbuat dari serat tumbuhan (duh lupa...dr pohon apa ya?). Hei...kita bisa lho memberdayakan itu. Pasti punya nilai jual yang lumayan. Ternyata sense of art suku2 di Indonesia tinggi juga. Yah yang kalo menurut kita yang sudah tersentuh moderenisasi ini bilang mereka masih agak primitif. Seperti suku di Papua yang bajunya minim bukan porno. Kalung tulang babi mereka nyeni juga lho. Tulang2 dipotong2 lalu dironce dari tulang2 berdiameter kecil, sedang, lalu besar, sedang, lalu kecil lagi. Hehe.. Manik2nya juga bagus. Good.

Koleksi di gedung baru berisi tentang manusia dan interaksi manusia terhadap lingkungannya. Ada koleksi emas di lantai 4. Mana eskalator per lantai mati. Saking sepinya. Naik eskalator yang sangat curam. Ngos2an dan takut jatuh. Tau gt naik lift. Nyala liftnya. Duduls. Untuk koleksi sebanyak dah selengkap itu, pengunjung Munas dikenai biaya yang sangat tidak masuk akal. HANYA 750 rupiah!! Halooo...masih mahalan ke toilet umum seribu perak. Gila tuh. Saya disuruh bayar 5rb rupiah juga gak keberatan kok.Pasti subsidi dari pemerintah besar sekali untuk biaya operasional museum. Hmm...
Bukankah bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarah bangsanya? Bukankah sebagai warganegara yang baik seharusnya tahu budaya bangsanya (jadi inget pertanyaan mas wiro 'badik dari daerah mana?' ^^')? Rasa memiliki, bangga dan nasionalisme bangsa Indonesia itu rendah. Yah termasuk saya. Ayo dong ditingkatkan biar gak malu ketika ditanya orang asing tentang Indonesia. ^_^

So rajin2lah berkunjung ke museum. Gak kuno ato gak mengurangi kekerenan kalian jika berkunjung ke museum. Bisa dapet banyak inspirasi lho dari koleksi2 museum. Enjoy it!!

Salah satu museum yang sangat...sangat...ingin saya kunjungi adalah Museum Smithsonian di amrik sono (kyanya...lupa). Digoogling aja kalo mau tau. Kapan ya bisa ke sana? Huff.... Semoga... Amin.

Enjoy museum!
Hidup Museum Indonesia!!
^_^

02 October, 2009

Batik...batik...batik..


Hari ini wajib batik. Hehehe. Foto2 yang lain menyusul.