30 April, 2009

Battle Inside

Lemas.
Rasanya panas.
Hawa tubuh panas.
Meriang.
Sepertinya malam ini terjadi peperangan di dalam tubuh.
Kuman vs Antibodi.
Jelas gw dukung Antibodi. Ganbatte kudasai!!

Yaiks...tadi kenapa gw ngerendem cucian baju ya? Banyak banget pulak. Bismillah. Semoga kuat.

29 April, 2009

X-Men Origins: Wolverine

Wuaahhh...TOB MARKOTOB dah. recommended.

Bercerita tentang awal mula Wolverine. Bagaimana dia dapet kuku logam adamantium. Wes...pokokmen keren.

Seru dari awal mulai sampe film selesai. Gak nyesel.^_^

28 April, 2009

Rewind

Seperti film diputar mundur, rewind.
Itulah yang terjadi sore ini, ketika menginjakkan kaki lagi di stasiun pasar senen.
Suddenly, reminds me to you, mai gentleman.
Mungkin hal itulah yang membuat aku ... padamu.


...
Maafkan aku
Kesalahanku melewatkanmu
Hingga kau kini dengan yang lain
Maafkan aku
...
Yang Terlewatkan-Sheila on 7

27 April, 2009

Steker


Pergi belanja bulanan, eh..out of the list. Alhasil steker oranye yg gak gw butuhin terbeli. Hanya karena oranye. Oranye-nya cantik sih. ^^

26 April, 2009

Benang Perak



seperti laba-laba sedang menyulam benang perak
terusik...
lalu koyak.
haruskah kusulam lagi?



ketika bukan dia di ujung sana.

25 April, 2009

23.55 jogja

hoahm...ngantuk berat. pengen tidur. tp masih makan. tepatnya nungguin mereka selesai makan. duh...gak pake lama ya makannya. ngantuk niy.

nyampe jogja juga akhirnya. setelah berkabut2 ria di kopeng. yaiks...seyem euy. dan duiniinnn tenan ik. mpe masuk angin jadinya.

besok balik ke bekasi by train jam 8 pagi. ih...dah balik ke kota yang panas. pengen rada lamaan dikit di jogja. kapan yaaa..?

udahan ah. sepertinya dah selesai makan mereka. cabs dulu jo...met tidur semuah..

23 April, 2009

Spoor

bismillahi tawakaltu 'allallahi la haula illa billah...

im on the train that bring me to salatiga. dan gw duduk di kursi no.7a! sama ya ama tujuan gw. Salatiga=Tujuh. hehe...maksa.

alhamdulillah..penumpang yg duduk sebelah gw gak seperti yg gw bayangin. so..gw merasa aman dan nyaman selama perjalanan menuju Solo.

lumayan penuh keretanya. padahal ya gak musim liburan. eh iya..besok akyu cuti. hehe... teman2 selamat bekerja. xixixixi...yg rajin. jangan malu2 ambil makanan di gathering party besok malem ya. malu ya brarti kelaparan. bwahahahaha...emang gw?!

dah ah...ngantuk. tidur dulu. bismillah...Allah, jaga dan lindungi kami. AMIN.

22 April, 2009

The Chance



masih adakah kesempatan itu?
i want YOU to be MINE...



ketika melewatkannya.

21 April, 2009

Cepatlah

Cepatlah sehat...
Sehingga bisa menghadiri wisuda awal juni nanti.

Cepatlah sehat...
Kita makan sop kepala ikan lagi.
Cepatlah sehat...
Kita pergi jalan2 ke kota tua.

Cepatlah sehat...
Katanya mu naik haji.

Cepatlah sehat, Pak!
SEMANGAT!

Berbelok

mmm...mulai merasa tidak enjoy menulis blog. dulu sangat2 enjoy menulis di blog. sepertinya motivasi saya sudah sedikit berbelok, tercemari oleh niat yang juga berbelok. sepertinya salah saya bergabung MP.

duh...kenapa sekarang saya jadi peduli dengan banyaknya komentar yang tertulis? kenapa sekarang saya peduli dengan ada tidaknya dan siapa-siapa saja yang mampir dan membaca [baca: melihat] postingan saya? Aahhh...harus meluruskan niat rupanya.

dulu saya tidak peduli dengan ada tidaknya komentar, ada tidaknya pengunjung blog, banyak sedikitnya pengunjung blog saya. huaahh...saat menulis ini pun masih terlintas di benak saya 'nanti ada yang baca ato komentar gak ya?'. duduls. just stop it! stop thinking bout that. just write it. write what u feel, what u did.

Bismillah...

20 April, 2009

Syukurku hari ini

Alhamdulillah...
Terlewati juga ujian bahasa jepang dasar. Sekarang tinggal pasrah mu dapet nilai berapa. Orang baca hurup hiragana katakana aja masih gagap. Hehehe...dah gt gak ngerti artinya apa. Yah wateva lah..sing penting wis lewat dengan lancar.

Alhamdulillah...
Makan malem tadi pake kakap asam manis... Nyammm...^^

Alhamdulillah...
Hari ini masih bisa tertawa senang...huahahaha...harus belajar nulis yang rajin ya mas soleh. hurupnya biar seksi. Huahahaha...ada-ada aja.

Alhamdulillah...
Belajar banyak hari ini. Salah kuantiti partnya. Trus gimana dunk mas agus? Tree strukturnya dimaintenance... Ah..maaph salah. Dungdung.

Alhamdulillah...
Paling gak Sms gratis gw masih. Pulsa tinggal 532 rupi'i. Hehehe...ada yang mu transfer pulsa?

Alhamdulillah...
Besok disuruh lembur. Lembur massal jo. Ngecekin file2 di server. Kmrn sempet error bin corrupt. Ada 9000 file!

Alhamdulillah..ya Allah...

19 April, 2009

Nihon go...

whuaaa...belum belajar buat ujian bahasa jepang dasar besok senin sore.

hiragana katakana aja dah lupa. yaiks...padahal dasar bgt. trus untuk bikin kalimat lum belajar juga. Hufhh...ayo tita semangat belajarnya biar lulus n bisa lanjut ke bahasa jepang lanjut.

YOSH!!
Ganbatte ne!!

18 April, 2009

Pulang

pulang.
akhirnya...
sudah satu setengah bulan saya gak pulang ke rumah sejak orang rumah boyongan ke Salatiga untuk berobat. saya bukannya manja, tapi sudah menjadi ritual selama satu setengah tahun terakhir ini, tiap akhir minggu pulang.

pagi ini, saya sudah duduk di primajasa bekasi-merak. Rasanya lama juga gak naik bis ke Merak. Tapi ada yg sedikit menyebalkan. Ada ibu2 naik dengan 2 anaknya dan duduk di sebelah saya. Sedangkan saya duduk di kursi dua dan masih banyak kursi kosong. Pelis deh. Gak nyaman banget tauk. Ngirit banget. Sebel.

Pulang mu ambil barang titipan nyokap. Banyak bener. Kalo perlu rumah dan seisinya diboyong ke Salatiga. Hehehe... Nyampe Cilegon banyak tempat yg harus dikunjungi. Panas pastinya. Dah siang nyampe sana. Fiuhh...

Masih sebel. Dan tambah sebel. Ada anak kecil makan di belakang gw dengan berkecap2. Brisik dan risih dengernya. Awas aja kalo remah2 makanannya jatuh ke kepala gw. Bis keramas tauk. Ihh..berisik! Huh...

17 April, 2009

4 mai gentleman part 3

Thank you....
Yes, you are....


You're my sunshine after the rain



Yeah..that's YOU!!
Yes, you are....



ketika hari berubah lebih cerah.^^

16 April, 2009

1761

sore ini...
mendung di luar
mendung di dalam

sore ini...
hujan di luar
hujan di dalam

sore ini...
mungkin habis terbentur
kehilangan beberapa keping puzzle

:terlupakan[?]

W mode ON

udah 3 hari OFF. dan gw gk tau kabarnya sama sekali.
Semoga baik2 saja.

Hubungi gw A S A P!!

14 April, 2009

Botol Air Minumku


Inilah botol air minumku [the orange one] yg selalu saya bawa saat kerja. Ukuran 1 liter. Kadang kalo lg jadi onta [baca: kehausan], saya nambah. Beli setengah liter lg.

Awalnya aneh juga bawa sebegitu gede-nya, kaya' mu piknik. Tapi lama-lama enjoy ajah. Mau pulangnya mampir ke emol nenteng2 botol minum gt, gk majalah..gk koran. Hehehe... Dijamin kagak dilarang dibawa masuk kalo mau masuk bioskop. Kwekwekwek...

I luv the orange one.

09 April, 2009

Misbar: Gerimis Bubar


Ini adalah sebagian kecil dr para penumpang yg blm dpt bis. Di belakang saya dan samping kiri kanan msh banyak lg.

Orang2 ini pd mau kmn sih? Lah emg gw mu kemana? Hehehe..gw mu nengok bokap ke salatiga lg. Allah..mudahkan jalanku. Amin.

Punggung dah mu patah rasanya. Iuuhhh...

08 April, 2009

Antri...antri...antri...

Masya Allah orang doang isinya. Ini kapan dapet bisnya? Tadi bilangnya 'yang belum punya tiket, lsg naik bis byar di atas bis'. Jaaahh....kapan dapetnya? Bisnya aja entah kpn dan entah msh ada ato gk.

Allah saya harus ke salatiga. Kapan lg jenguknya? Bismillah...

05 April, 2009

Catatan Perjalanan

Artikel ini saya reposting dari imel yang saya dapat. Bener-bener suka sama artikel ini.

Rabu, 13 September 2006 06:18:38
Catatan Perjalanan
Dongeng dari Jepang
Oleh Yuli Setyo Indartono

Tulisan ini tidak bertutur tentang legenda Bangsa Samurai dahulu kala; namun berkisah tentang Jepang saat ini. Dongeng di sini berarti sesuatu yang mengherankan bila disandingkan dengan kondisi keseharian di tanah air. Meski Jepang bukanlah negeri dongeng yang sempurna, ada nilai-nilai kebaikan universal terealisir yang menarik untuk disimak dan diaplikasikan di tanah air tercinta. Tulisan ini merupakan fragmentasi keseharian saya, istri, dan beberapa kawan dekat kami di Jepang.

Kantor pemerintahan dan pelayanan publik

Anda pernah melihat sekelompok semut? Nah, begitulah kira-kira situasi kantor pemerintahan daerah di Jepang. Tidak ada "semut" yang diam termangu, apalagi membaca koran; seluruh karyawan kantor senantiasa bergerak, dari saat bel mulai kerja hingga pulang larut malam. Tak habis pikir, saya tatap dalam-dalam "semut-semut" yang sedang bekerja tersebut; kadang kala saya curi pandang: jangan-jangan mereka sedang ber-internet ria seperti kebiasaan saya di kampus. Ingin saya mengetahui makanan apa gerangan yang dikonsumsi para pegawai itu sehingga mereka sanggup berjam-jam duduk, berkonsentrasi, dan menatap monitor yang bentuknya tidak berubah tersebut. Tata ruang kantor khas Jepang: mulai pimpinan hingga staf teknis duduk pada satu ruangan yang sama - tanpa sekat; semua bisa melihat bahwa semuanya bekerja. Satu orang membaca koran, pasti akan ketahuan. Aksi yang bagi saya dramatis ini masih ditambah lagi dengan aksi lari-lari dari pimpinan ataupun staf dalam melayani masyarakat. Ya, mereka berlari dalam arti yang sesungguhnya dan ekspresi pelayanan yang sama seriusnya. Wajah mereka akan menatap anda dalam-dalam dengan pola serius utuh diselingi dengan senyuman. Saya hampir tak percaya dengan perkataan kawan saya yang mempelajari sistem pemerintahan Jepang, bahwa gaji mereka - para "semut" tersebut - tidak bisa dikatakan berlebihan. Sesuai dengan standard upah di Jepang. Yang saya baca di internet, mereka memiliki kebanggaan berprofesi sebagai abdi negara; kebanggaan yang menutupi penghasilan yang tidak berbeda dengan profesi yang lain.

Menyandang status mahasiswa, saya mendapatkan banyak kemudahan dan fasilitas dari Pemerintah Jepang. Untuk mengurus berbagai keringanan tersebut, saya harus mendatangi kantor kecamatan (kuyakusho) atau walikota (shiyakusho) setempat. Beberapa dokumen harus diisi; khas Jepang: teliti namun tidak menyulitkan. Dalam berbagai kesempatan saya harus mengisi kolom semacam: apakah anda melakukan pekerjaan sambilan (arubaito = part time job), apakah anak anda tinggal bersama anda (untuk mengurus tunjangan anak), dsb. Dan dalam banyak hal, pertanyaan-pertanya an tersebut cukup dijawab dengan lisan: ya atau tidak. Tidak perlu surat-surat pembuktian dari "RT, RW, Kelurahan" dsb. Saya percaya bahwa sistem yang baik selalu mensyaratkan kejujuran. Sistem berlandaskan kejujuran akan cepat maju dan meningkat, sekaligus sangat efisien.

Mengetahui bahwasanya saya adalah orang asing yang kurang lancar berbahasa Jepang, saya mendapatkan "fasilitas" diantar kesana-kemari pada saat mengurus berbagai dokumen untuk mengajukan keringanan biaya melahirkan istri saya. Hal ini terjadi beberapa kali. Seorang senior saya pernah mengatakan, begitu anda masuk ke kantor pemerintahan di Jepang, maka semua urusan akan ada (dan harus ada) solusinya. Lain hari saya membaca prinsip "the biggest (service) for the small" yang kurang lebih bermakna pelayanan dan perhatian yang maksimal untuk orang-orang yang kurang beruntung.

Pameo "kalau ada yang sulit, mengapa dipermudah" tidak saya jumpai di Jepang. Pada suatu urusan di kantor walikota (shiyakusho) saya diminta untuk menyerahkan surat pajak penghasilan. Saya mengatakan bahwa saya sudah pernah, di masa yang lalu, menyerahkan surat yang sama ke bagian lain di kantor tersebut. Saya sudah siap dan pasrah seandainya mereka menjawab bahwa saya harus mengurus kembali surat tersebut ke kantor kecamatan sebelum saya pindah ke kota ini. Agak tertegun sekaligus lega mendapat jawaban bahwa staf divisi tersebut akan mendatangi divisi lain tempat saya pernah menyerahkan dokumen pajak saya sekian bulan yang lalu. Dia akan mengkopinya dari sana . Ambil jalan yang mudah, namun tetap mengedepankan ketelitian. Itulah yang saya jumpai di Jepang.

Berstatus mahasiswa yang berkeluarga (baca: harus berhemat), kami sempat terkejut melihat tagihan listrik bulanan yang melonjak hingga 10 kali lipat. Setelah melakukan pengusutan sederhana, tahulah kami bahwa ada kesalahan pencatatan meter listrik oleh petugas - sebuah kesalahan yang tidak umum di negeri ini. Segera saat itu pula saya telpon perusaah listrik wilayah Kansai untuk mengkonfirmasikan kesalahan tersebut. Berkali-kali kata sumimasen (yang bisa pula berarti maaf) keluar dari mulut operator telepon. Saya menganggapnya sudah selesai, karena operator berjanji untuk segera melakukan tindak lanjut. Belum berapa lama meletakkan tas di laboratorium pagi itu, istri menelpon dari rumah perihal kedatangan petugas listrik untuk meminta maaf dan menarik slip tagihan. Setibanya di rumah malam harinya, baru tahulah saya bahwa yang datang bukanlah sekelas petugas lapangan (dari kartu nama yang ditinggalkannya) dan tahulah saya bahwa dia tidak sekedar meminta maaf, karena bingkisan berisi sabun dan shampo merk cukup terkenal menyertai kartu nama petugas tersebut. Saya hanya berharap, waktu itu, bahwa petugas pencatat yang keliru tidak akan bunuh diri. Karena kekeliruan dalam bekerja, secara umum, menyangkut kehormatan di negara ini.

Saya mengetahui dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja di Jepang akan sebuah paradigma "Bila anda datang ke kantor pada pukul 09.00 (jam resmi masuk kantor di Jepang) dan pulang pada pukul 17.00 (jam resmi pulang kantor di Jepang), maka atasan dan kawan-kawan anda akan mengatakan bahwa anda tidak memiliki niat bekerja". Saya membuktikan pameo tersebut, karena setiap hari saya bersepeda melintasi kantor walikota (shiyakusho) . Sebagian besar lampu di kantor itu masih menyala hingga pukul 20.00. Dan beberapa kali saya jumpai staf kantor tersebut memasuki stasiun kereta, juga sekitar pukul 20.00. Hal ini berarti, mereka semua memiliki niat bekerja - versi Jepang.

Pasar, pertunjukan kejujuran dan perhatian

Suatu kali pernah kami membeli sebungkus buah-buahan dengan bandrol murah; favorit bagi kalangan mahasiswa asing seperti saya. Saya sudah mengetahui bahwa ada sedikit cacat (gores atau bekas benturan) pada permukaan beberapa buah-buahan - sesuai dengan harga murah yang disematkan padanya. Pada saat kami hendak membayar buah tersebut, penjual buah buru-buru menerangkan dan menunjuk-nunjuk kondisi sedikit cacat pada beberapa buah-buahan tersebut, dan kembali memastikan niat kami membelinya. Sembari tersenyum, tentu saja kami mengatakan "daijobu" (tidak apa-apa), karena kami sudah melihatnya dari awal. Beberapa kawan kami mengiyakan pada saat kami menceritakan kejadian yang bagi kami cukup mengherankan ini; ini berarti sikap jujur tersebut tidak dimonopoli oleh satu-dua pedagang. Mereka mengerti betul bahwa kejujuran adalah prasyarat utama keberhasilan dalam berdagang. Tidak perlu meraup untung sesaat dalam jumlah besar, bila nantinya akan kehilangan pelanggan.

Hingga hari ini, pada saat bertransaksi di kasir, kami selalu menerima uang kembalian dalam jumlah yang utuh - sesuai dengan yang tertera pada slip pembayaran. Tidak kurang, meski hanya satu yen (mata uang terkecil di Jepang). Tidak ada "pemaksaan" untuk menerima permen sebagai pengganti nominal tertentu. Selain kagum dengan praktek berdagang yang baik ini, kami sekaligus kagum dengan sistem perbankan Jepang yang mampu menyediakan uang recehan untuk pedagang dan vending machine (mesin penjual otomatis) di se-antero Jepang. Meski bagi sebagian kalangan, uang kembalian terlihat "sepele"; hal ini bisa menyebabkan ketidakikhlasan pembeli terhadap transaksi jual- beli.

Istri saya selalu berbelanja bersama anak-anak; dan karena "keriangan" anak-anak, pada beberapa kasus, pak telur atau buah-buahan bisa meluncur ke lantai. Dua kali terjadi beberapa telur dalam satu pak pecah akibat keriangan anak-anak, dan satu kali melibatkan buah yang mudah penyok. Pada semua kejadian tersebut, petugas supermarket melihat dan segera mengganti barang-barang tersebut dengan yang baru. Padahal kami datang dengan wajah lelah dan pasrah untuk membayarnya, karena kami menyadari benar bahwa ini adalah kelalaian kami. Bahkan pada satu kasus, barang tersebut sudah dibayar istri saya. Pada saat kami menerangkan bahwa ini semua ketidaksengajaan anak-anak kami, dengan ramah petugas supermarket menyahut "daijobu yo" (tidak apa-apa).

Pada saat berkesempatan mengunjungi sebuah negara lain di Asia untuk sebuah konferensi, saya baru menyadari keramahtamahan petugas supermarket di Jepang. Di Jepang, bila anda menanyakan keberadaan sebuah barang, maka petugas tidak sekedar memberi arah petunjuk pada anda, namun dia akan mengantarkan anda hingga berjumpa dengan barang yang dicari; dan petugas baru akan meninggalkan anda setelah memastikan bahwa everything is ok. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah petugas supermarket di Jepang demikian banyaknya hingga mereka berkesempatan jalan-jalan di dalam supermarket yang sangat besar; justru sebaliknya, jumlah petugas selalu sesuai benar dengan kebutuhan, dan mereka selalu bergerak - seperti semut. Di sebuah toko elektronik, seorang petugas yang menjelaskan spesifikasi komputer yang anda tanyai adalah juga kasir tempat anda membayar serta petugas yang melakukan packing akhir terhadap komputer yang anda beli.

Polisi, sistem yang bekerja dan melindungi

Kami sempat terheran-heran manakala pertama menginjakkan kaki di Kobe demi melihat postur polisi dan kendaraannya yang tidak lebih gagah dibandingkan dengan petugas pos di Indonesia . Benar, ini bukan metafora. Memang ada pula polisi di tingkat prefecture (propinsi) yang gagah mengendarai motor besar bak Chip - ini jumlahnya sedikit. Namun polisi kota besar seukuran Kobe - salah satu kota metropolis di Jepang, posturnya tidak segagah polisi yang sering saya jumpai di jalan-jalan Republik. Anda tentu menganggap saya sedang bergurau bila saya mengatakan bahwa motor polisi di Kota Kobe dan Ashiya serupa benar dengan bebek terbang tahun 70-an. Saya tidak bergurau. Ini Kobe dan Ashiya, dua kota di negara macan ekonomi dunia. Bebek terbang tersebut dilengkapi dengan boks besi di bagian belakang - mirip dengan petugas pengantaran barang kiriman. Namun, sekali bapak atau mbak polisi ini menghentikan kendaraan, tidak pernah saya melihat ada diantaranya yang berusaha lari. Tidak ada gunanya lari di negara dengan sistem network yang sangat baik ini. Ke mana pun anda lari, kesitu pula polisi dengan uniform yang serupa akan menghampiri anda. Pelan namun pasti. Saya akhirnya mafhum, bahwa polisi di sini lebih pada fungsi kontrol dan pengambilan keputusan (decision maker) - kedua fungsi ini memang tidak mensyaratkan badan yang harus berotot dan berisi. Tak heran saya melihat mas-mas polisi muda berkacamata melakukan patroli dengan bebek terbangnya. Mereka hanya perlu melihat, mengawasi, dan mengambil keputusan. Selebihnya, sistem yang akan bekerja.

Lingkungan hidup dan transportasi

Jepang bukanlah negara dengan penduduk kecil. Populasi negara ini hampir separuh populasi Republik tercinta. Di sisi lain, wilayah negara ini didominasi oleh pegunungan yang sulit untuk dihuni. Pegunungan yang tetap hijau, membuat saya menduga bahwa Pemerintah Jepang memang sengaja membiarkan kehijauan melekat pada daerah pegunungan tersebut. Tokyo adalah kota besar dengan jumlah penduduk terbesar se-dunia, mengalahkan New York dan berbagai kota besar di mancanegara. Besarnya penduduk, sempitnya dataran yang bisa dihuni, dan tingginya tingkat ekonomi mensiratkan dua hal: kerapian dan kebersihan. Anda akan sangat kesulitan menjumpai sampah anthrophogenik (akibat aktivitas manusia) di jalan-jalan di Jepang. Kemana mata anda memandang, maka kesitulah anda akan tertumbuk pada situasi yang bersih dan rapi. Orang Jepang meletakkan sepatu/alas kaki dengan tangan, bukan dengan kaki ataupun dilempar begitu saja. Mereka menyadari bahwa ruang (space) yang mereka miliki tidak luas, sehingga semuanya harus rapi dan tertata. Sepatu dan alas kaki diletakkan dengan posisi yang siap untuk digunakan pada saat kita keluar ruangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang senantiasa well-prepared dalam berbagai hal. Kadang saya menjumpai kondisi yang ekstrim; seorang pasien yang sedang menunggu giliran di depan saya berbicara dan menggerakkan anggota tubuhnya sendiri. Saya tahu bahwa ruang periksa di hadapan kami bukan ditempati psikiater ataupun neurophysicist. Belakangan saya tahu dari kawan yang belajar di bidang kedokteran, boleh jadi pasien tersebut sedang mempersiapkan dialog dengan dokternya.

Transportasi di Jepang didominasi oleh angkutan publik, baik bus, kereta (lokal, ekspres, super ekspres), shinkansen, dan pesawat terbang (antar wilayah). Baiknya sistem dan sarana transportasi di Jepang membuat anda tidak perlu berkeinginan untuk memiliki kendaraan sendiri - kecuali bila anda tinggal di country-side yang tidak memiliki banyak alat transportasi umum. Kereta dan shinkansen (kereta antar kota super ekspres) mendominasi moda transportasi di Jepang. Sebuah sumber yang saya ingat menyebutkan bahwa kepadatan lalu lintas kereta di Jepang adalah yang tertinggi di dunia. Di Jepang, kereta dan shinkansen digerakkan menggunakan listrik. Hal ini tidak menyebabkan polusi udara di perkotaan, karena listrik diproduksi terpusat. PLTN sebagai salah satu sumber pemasok utama energi listrik di Jepang, tentu saja, juga berkontribusi pada rendahnya polusi udara
karena, praktis, PLTN tidak mengemisikan CO2.

Nasehat "tengoklah duru kiri dan kanan sebelum menyeberang jalan" mungkin tidak sangat penting untuk diterapkan bila anda menyeberang di tempat yang telah disediakan di Jepang. Anda cukup menunggu lambang pejalan kaki berubah warna menjadi hijau; insya Allah anda akan selamat sampai ke seberang - tanpa perlu menengok kiri dan kanan. Saat berkesempatan mengunjungi kota besar lain di Asia, kebiasaan menyeberang ala Jepang sempat membuat saya hampir terserempet motor; lampu hijau saja ternyata tidaklah cukup di kota ini.

Kesehatan dan rumah sakit

Jepang mengerti benar bahwa orang-orang yang sehatlah yang lebih mampu memajukan bangsa dan negaranya. Mahasiswa di tempat saya belajar, Kobe University , wajib melakukan pemeriksaan kesehatan (gratis) setahun sekali. Fasilitas kesehatan di Jepang mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah. Sebagai orang asing, mahasiswa pula, kami dianjurkan untuk mengikuti program asuransi nasional. Dengan mengikuti program ini, kami hanya perlu membayar 30% dari biaya berobat. Dari yang 30% tersebut, sebagai mahasiswa asing, saya akan mendapatkan tambahan potongan sebesar 80% (yang belakangan turun menjadi 35%) dari Kementrian Pendidikan Jepang. Berstatuskan mahasiswa, kami membayar premi asuransi per-bulan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang kebanyakan. Dari laporan rutin yang dikirimkan oleh pihak asuransi kepada kami, tahulah saya bahwa ongkos berobat kami selalu (jauh) lebih besar dari premi asuransi yang saya bayarkan setiap bulannya. Berbekal kartu asuransi nasional, datang ke rumah sakit ataupun ke klinik swasta bukan lagi menjadi hal yang menakutkan bagi keluarga kami di Jepang. Jangan membayangkan bahwa pihak rumah sakit atau klinik swasta akan memberikan perlakuan yangberbeda kepada para pemegang kartu asuransi - apalagi untuk kami yang mendapatkan kartu tambahan khusus keluarga tidak mampu. Para dokter dan perawat melayani dengan keramahan yang tidak berkurang serta prosedur yang sama sederhananya. Keramahan di sini berarti keramahan yang sebenar-benarnya.

Baik anda kaya ataupun miskin, proses masuk dan keluar dari rumah sakit di Jepang adalah sama mudahnya. Saat istri melahirkan di rumah sakit pemerintah di Ashiya, saya disodori formulir yang berisi opsi pembayaran: tunai, lewat bank, dll. Tidak menjadi sebuah keharusan bagi seorang pasien untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran di hari dia harus keluar dari rumah sakit. Alhamdulillah kami mendapatkan keringanan biaya melahirkan dari Pemerintah Kota Ashiya; selain bisa melenggang dari rumah sakit tanpa bayar pada hari itu, tagihan dari Kantor Walikota (setelah dipotong subsidi dari pemerintah) juga baru datang dua bulan kemudian. Saling percaya adalah kuncinya.

Yuli Setyo Indartono. Mahasiswa S3 di Graduate School of Science and Technology, Kobe University , Japan . Peneliti Istecs dan Ketua Teknologi Energi INDENI www.indeni.org.

Saya dedikasikan artikel ini untuk seluruh masyarakat Indonesia. Berubah untuk Maju!!

02 April, 2009

10 nikmat hari ini

hari ini, kamis 02 april 2009. Banyak hal yang patut disyukuri walopun itu hal yang sepele.

1. Terimakasih Allah sakit perutku dah sembuh. Yah walopun masih tersisa dikit, tapi gk sesakit dini hari tadi. Alhamdulillah...

2. Dapet tempat duduk di bis jemputan tanpe berebutan berdesakan. Fiuh...cepe deh.
Makasih ya bwt mas-mas yg ngasi tau masih ada kursi kosong. ^^

3. Bikin teh kental hangat. Enak. Walo agak pait. Kekentalan siy...hehehe...

4. Spekpro paintingku dah selesai. ^^ moga gk ada yg balik.

5. Ngobrol banyak ama MATAHARI!!

6. Makan siang pake cumi-cumi dan TEMPE BACEM!! Mai favorit.

7. Chat ama lemon. Knp msh jg berkeliaran di sekitar gw sih?

8. Kata Yani, hari ini Bapak dah dikasih obat yang kedua. Bismillah...semoga membawa kebaikan.

9. Cucian bajuku dah berkurang setengah. Duh...tp lum gw jemurin.

10. Masih bisa ONLINE!!


Alhamdulillah...ya Allah atas nikmat yg sudah Kau beri hari ini. besok apa lagi ya?

01 April, 2009

Lemon: the last


pasti...
aku akan merindukan
bermain di tengah hujan kata bersamamu
bermain di telaga kata bersamamu
and i'm gonna miss you much more.

semoga dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik.

terimakasih.

tetap semangat!
tetap berbahagia!


ketika sudah menetapkan hati. bismillah...